Senin, 26 Desember 2011

Mengenal Rumah Kudus

Pertama kali yang terlintas difikiran kita jika mendengar  Kota Kudus adalah kota kretek yang artinya merupakan kota penghasil rokok atau malah teringat akan makanan jenang yang merupakan ciri khas kuliner Kota Kudus. Sebenarnya banyak yang menarik di Kota Kudus selain  merupakan kota penghasil rokok dan kulinernya, yaitu tentang kebudayaan masyrakat Kudus, tentang  kegiatan adat yang sering dilaksanakan seperti buka luhur maupun tentang pantangan menyembelih hewan Sapi, atau tentang peninggalan-peninggalan nenek moyangnya. Salah satu yang menarik untuk dibahas adalah rumah tradisional Kudus yang mempunyai ciri khas tersendiri. Pada kenyataannya keberadaan rumah tradisional kudus sangat memprihatinkan. Karena berkembangnya arsitektur modern membuat masyarakat mengikuti perkembangan zaman arsitektur modern tersebut. Yang berdampak semakin hilangnya jatidiri daerah tersebut. Padahal Rumah Tradisional tidak kalah indahnya dengan rumah modern. Belum tentu juga rumah modern cocok untuk iklim negara kita yang tropis sedangkan rumah tradisional sudah tentu cocok untuk iklim kita karena nenek moyang kita selama bartahun-tahun tinggal di rumah tradisional dan nyaman di dalamnya.


Rumah tradisional Kudus mempunyai karakter lokal khas Jawa Pesisiran. Rumah tradisional kudus bukan merupakan bangunan tunggal tapi gabungan dari beberapa massa. Memiliki dua bentuk atap yaitu atap joglo yang merupakan bangunan utama dan atap biasa yang menjadi atap ruang yang selalu aktif digunakan. Namun untuk penyesuaian ruang yang dibutuhkan banyak atap joglo yang sudah diganti dengan atap limasan. Atau dengan menghilangkan pawon.

Bangunan utama terdiri dari :
Jogosatru. Masyarakat lokal menyebutnya dengan njobosatru, njobo dalam bahasa Indonesia artinya diluar sedangkan satru artinya ruangan yang berorientasi seperti teras. Itu karena pada tampak luar rumah tradisional kudus terdapat tiga pintu. Yaitu pintu utama, kemudian pintu geser yang berfungsi sebagai dinding juga dan bagian paling luar terdapat pintu geser yang berupa tralis. Jika semua pintu dibuka jogosatru terlihat seperti ruang tamu yang berada di teras karena pandangannya langsung mengarah ke halaman.




Pada jogosatru banyak terdapat ornamen ukiran, yang banyak terletak di pintu masuk dalem dan dinding yang membatasi antara jogosatru dan dalem. Ukiran Kudus memiliki cirikhas tersendiri yaitu betema tanaman dengan sulur-sulurnya









Namun pada daerah Kudus Selatan sedikit yang menggunakan ornamen ukiran bisa dikatakan hampir tidak ada ukiran.



Pada jogosatru terdapat dua area penerima tamu, pada zaman dahulu digunakan untuk memisahkan antara tamu laki-laki dan perempuan.



Atap jogosatru merupakan atap miring perpanjangan dari atap dalem sehingga tinggi rumah tradisional  kudus bagian depan lebih rendah daripada atap dalem.


Di jogosatru terdapat pintu yang sejajar dengan pintu utama yang bagian depannya disokong dengan dua dua kolom kayu. Pintu tersebut menghubungkan jogosatru dengan dalem. Dalem letaknya lebih tinggi daripada jogosatru. Dihubungkan dengan undak-undakan kayu.  



Di tengah dalem terdapat empat kolom utama yang disebut soko guru dengan tumpang sari diatasnya. Tumpangsarilah yang membedakan status sosial pemilik rumah. Banyaknya jumlah tumpangsari maka semakin tinggi status sosial pemilik rumah tersebut.



Di dalem terdapat ruangan yang disebut sentong, terdiri dari sentong kanan, sentong tengah, dan sentong kiri yang berfungsi sebagai kamar tidur. Ruang-ruang dalem dibatasi dengan dinding kayu tanpa jendela. Pada sisi kiri Dalem terdapat pintu yan menghubungkan dengan pawon.

Pawon merupakan ruang yang aktif digunakan. Pawon bagian depan biasanya digunakan sebagai ruang makan dan pawon bagian belakang digunakan sebagai dapur. Itulah mengapa orang lokal menyebut dapur dengan nama pawon. Terdapat tiga pintu di pawon. Pintu pertama menghubungkan pawon dengan halaman atau kamar mandi pintu kedua berhubungan langsung dengan jogosatru, dan pintu yang ketiga berhubungandengan dalem. 






Bangunan pelengkap seperti sumur atau kamar mandi diletakkan di depan bangunan sebelas samping barat. Berhadapan dengan pawon. Tapi seiring berkembangnya waktu kamar mandi dijadikan satu dengan bangunan rumah deletakkan pada area pawon tentu saja dengan batasan yang jelas.


atap pawon pada rumah kudus:



Rumah tradisional tidak kalah menariknya dengan rumah modern, bangunan tradisional memiliki batasan yang jelas antara ruang publik, prvate dan service. Atap joglo yang menjulang keatas bertujuan sebagai ruang pertukaran sirkulasi udara, atap ini sangat cocok untuk Indonesia yang beriklim tropis. Bahan bangunan yang digunakan pun ramah lingkungan dan mudah didapatkan.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar